Minum Teh ala Keluarga Kerajaan di Hotel Tugu

Teh Budaya Cina 3000 Tahun Lalu
Minum teh menjadi salah budaya Cina sejak 3000 tahun lalu. (ilustrasi/istimewa)

MALANGVOICE – Perayaan Imlek mulai terasa di sejumlah pelaku bisnis hotel. Di Hotel Tugu misalnya, hotel butik itu mengangkat tema The Romance of Red Chamber, terinsipirasi dari novel klasik besar Cina abad 18 karya Cao Xueqin yang berjudul The Dream of Red Chamber.

Di novel itu dikisahkan, seniman bernama Jia Baoyu jatuh cinta pada Lin Daiyu, seorang seniman dan musisi yang dikenal sebagai salah satu dari 12 Beatis of Jinling. Sayangnya Jia Baoyu telah dijodohkan dengan sepupunya Xue Baochai yang lebih anggun dan cerdas.

Dalam kisah itu ada pengetahuan tentang salah satu budaya masyarakat Cina, yaitu minum teh.

Executive Assistant Manager Hotel Tugu Malang, Crescentia Harividyanti, menjelaskan, sebagai hotel yang peduli dengan budaya, Tugu berupaya melestarikan dan memaknai budaya.

“Dari novel itu, kita kemudian mengangkat budaya minum tehnya dengan membuat event concubine tea,” jelas Cres.

Budaya minum teh itu kemudian dikemas menjadi paket bernama The Imperial Tea Ceremony for The Last Concubine of The Last Emperor. Paket tersebut melengkapi paket lain yang ditawarkan Hotel Tugu seperti makan malam romantis di Kubilai Khan Chamber atau di Apsara Temple yang merupakan simbol romantisme sejarah persahabatan Indonesia-Kamboja.

“Budaya minum teh di Cina sudah dimulai sejak 3000 tahun lalu, tepatnya zaman kaisar Shen Nung, di istana-istana dan menjadi semacam ritual bagi masyarakat Tionghoa,” pungkas Cres.