Mereka Berjaya dengan Neko Mimi

Septi, Fitri dan Ijul bersama merintis Nyan Store (fia)

MALANGVOICE – Sekelompok pelajar SMA tampak centil dengan bando telinga kucing bertengger di kepalanya. Ada yang bermotif polkadot, berbulu panjang, ada juga yang simpel berujung runcing khas telinga kucing.

Salah satu produses pelopor bando yang tengah digemari remaja muda tersebut adalah Nyan Store. Produsen sekaligus penjual pernak pernik anime ini memperkenalkan bando telinga kucing atau disebut neko mimi pada 2012 dan ketenarannya awet hingga 2016 ini.

Ditemui MVoice disela-sela pameran di @MX Mall semalam, salah satu pemilik Nyan Store, Fitri Audiya menceritakan, bisnis yang digelutinya pasca lulus dari SMKN 4 Malang itu dikembangkan bersama dua orang temannya yaitu Septia Auland dan Ahmad Khoirul Muslimin.

“Awalnya jual bando neko mimi aja, setelah itu bikin boneka, yukata (baju tradisional Jepang) untuk keperluan teman-teman cosplay, dan stiker,” kata Fitri sembari membuat bando Neko Mimi.

Ia mengatakan, kucing menjadi ikon brand miliknya. Kata Nyan sendiri adalah istilah suara kucing versi bahasa Jepang. “Kalau di sini meong, kalau di Jepang nyan,” tambah dia.

Septia yang saat itu mendampingi Fitri menceritakan, Nyan Store dimulai dengan modal Rp 250 ribu. Suka duka mengawali bisnis dirasakan oleh mereka bertiga, mulai dari mencari modal, mencari bahan hingga menjelajah Surabaya tanpa izin orangtua demi mencari bahan baku yang pas.

Setelah bisa berproduksi, trio pengusaha muda yang berasal dari satu sekolah sama ini pun mulai menjual produknya. Keterbatasan dana membuat ketiganya memilih pemasaran online dan pameran. Lini online yang dipilih adalah facebook page karena ekonomis.

“Ingin bikin website tapi mahal, jadi kita cantumkan saja foto dan nomor telepon di facebook page. Cukup banyak juga yang pesan lewat nomor telepon,” kata dia.

Untuk pameran sendiri, baik Fitri, Septia, maupun Ijul (sapaan akrab Ahmad Khoirul Muslimin) sudah tidak bisa menghitung berapa kali mereka show off di pameran mulai di kampus hingga mall.

“Kita juga titip ke teman di luar kota. Pokoknya pemasaran berbiaya ringan kita lakukan,” tegas Septi.

Pameran menjadi ajang paling pas untuk memasarkan produk. Ijul menceritakan, pernah dalam hitungan jam, produk mereka ludes saking larisnya. Biasanya dalam sekali pameran, omzet kotor yang mereka dapatkan berkisar antara Rp 2 juta sampai Rp 6 juta.

“Kalau ramai sekali, bisa sampai Rp 6 juta. Waktu itu pameran di UM. Padahal kita sudah bikin banyak, ternyata masih kurang juga,” kata Ijul.

Bagi Fitri, Septi dan Ijul, bisnis kreatif mereka adalah proses belajar. Terus memperbaiki produk dan menghasilkan sesuatu yang baru agar menjadi trendsetter menjadi misi Nyan Store.

“Seperti bando neko mimi, kita mendahului. Sekarang kita sedang cari inovasi lain biar bisa jadi trendsetter,” kata Septi bangga.