Mengenal Building Maintenance, Gondola Praktis Tapi Kurang Aman

MALANGVOICE – Jasa building maintenance semakin banyak seiring dengan makin banyaknya bangunan vertikal. Semakin tinggi gedung, maka semakin dibutuhkan tenaga kerja dengan skill khusus.

Di dunia building maintenance, setidaknya ada dua sistem yang dipakai oleh para penyedia jasa yaitu Suspended Power Scaffold (dikenal dengan istilah gondola) dan rope access atau sistem teknik tali tunggal yang biasanya diaplikasikan oleh tim SAR maupun dunia militer.

Andy Wahyu Hidayat, teknisi building maintenance khusus ketinggian menjelaskan sistem gondola menawarkan banyak keuntungan, diantaranya praktis, mudah, dan tidak memerlukan tenaga kerja yang banyak.

“Kekurangannya, seringkali pekerja hanya mempercayakan keamanan pada keranjang atau kereta tanpa pengaman secara personal, sehingga jika terdapat masalah pada gondola, maka otomatis pekerja di dalamnya juga terancam,” kata Jabrik, sapaan akrabnya.

Pria gondrong ini melanjutkan, selama ini sistem yang ia pilih adalah rope access karena tingkat keamanannya tinggi terhadap pekerja. Pasalnya, peralatan pengaman cukup banyak mulai dari tali pengaman berlapis, sabuk pengaman, helm, sarung tangan, kacamata kerja, sepatu kerja, hingga cincin pengait untuk pengaman.

“Sebenarnya ada sistem yang lebih untuk safety dengan peralatan lebih canggih. Namun selama ini itu yang saya dan teman-teman pakai,” kata dia.

Jabrik menambahkan, sistem maintenance gedung tinggi secara umum di back up oleh PJK3 (bidang ketinggian) dan Asosiasi Rope Access Indonesia (ARAI) sebagai dasar undang-undang.

“Jadi idealnya, pekerjanya memiliki sertifikasi skill dan perusahaan menjaminkan asuransi keselamatan kerja,” kata dia.

Seperti diketahui, beberapa hari lalu tiga pekerja terjatuh dari gedung Mitra saat memperbaiki lampu. Akibatnya, tiga pekerja asal Surabaya tersebut tewas seketika.