Mengaku Aremania, Bule Amerika Ini Fasih Berbahasa Jawa

Ray Krickel, penyuka tradisi Jawa (Tika)
Ray Krickel, penyuka tradisi Jawa (Tika)

MALANGVOICE – Ada yang lain dalam pementasan ludruk di halaman kantor DPRD Kabupaten Malang, hari ini.

Salah satu pemainnya cukup mencuri perhatian. Pasalnya, dia memiliki rambut pirang dengan bola mata warna abu-abu, dan kulit putih kemerahan lengkap dengan bintik-bintiknya.

Ya, dia adalah bule yang turut menjadi pemain dalam ludruk berlakon Sarip Tambak Oso.

Ray Krickel namanya, dia bule kebangsaan Amerika Serikat. Mengenakan batik lurik lengkap dengan blangkon membuat penampilannya khas Jawa.

Bukan hanya penampilannya yang ‘nJawani’, namun, yang lebih menarik, dia fasih berbahasa Jawa.

Walaupun tidak bisa menghilangkan aksen bulenya, namun pelafalan bahasa Jawa dan Indonesianya cukup jelas.

“Nggih sekedik saget boso Jowo, sekedik mawon,” katanya saat berbincang dengan MVoice.

Selama berbincang dengan MVoice, tidak sekalipun Ray menggunakan bahasa Inggris. Dia selalu menggunakan bahasa Jawa baik ngoko, kromo inggil bahkan kromo alus.

“Saya bisa bahasa sehari-hari Jawa atau Indonesia. Cukup mudah dipelajari,” jelas laki-laki yang tinggal setahun di Kepanjen ini.

Laki-laki yang tergabung dalam program Peace Corps dari Amerika Serikat dan bertugas sebagai pengajar di MTs Negeri Kepanjen ini juga mengaku senang dengan kesenian tradisional Indonesia.

“Menarik, saya pernah ikut main ludruk dan gamelan. Bisa gamelan tapi yang pelan-pelan. Kalau cepat saya nggak bisa,” beber penyuka pecel ini.

Dia juga mengaku suka dengan kesenian wayang kulit. Alasannya menyukai kesenian tradisional karena menceritakan mengenai sejarah.

“Saya suka, menurut saya menarik,” katanya dengan tersenyum.

Ketika ditanya apa yang dia sukai dari Malang, tanpa pikir panjang Ray menjawab Arema. Bahkan, dia mengaku sudah menjadi Aremania.

Hal ini dia buktikan dengan lima kali menyaksikan pertandingan tim Ongis Nade langsung di Stadion Kanjuruhan.

“Saya suka semua tentang Arema. Saat suporter menyanyi, saat selebrasi. Semua suka,” kata dia dengan mata berbinar.

Sudah satu tahun dia tinggal di Indonesia. Masa tinggalnya di Kepanjen tinggal setahun lagi, saat masa baktinya dalam program itu sudah berakhir.

“Saya suka Malang, semuanya enak. Makannya, orangnya, teman-teman dan saya suka nongkrong serta ngopi dengan mereka,” tandas dia.