Lewat Sinau Kopi, Kelompok KKN 77 Ajarkan Petani Olah Kopi Berkualitas

kegiatan pelatihan yang dilakukan Kelompok KKN 77 (istimewa).

MALANGVOICE – Kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) 77 Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggelar Sinau Kopi, Senin (14/8). Dilaksanakan di Balai Desa Ringin Kembar, Sumbermanjing Wetan Malang, acara ini melibatkan petani kopi sebagai peserta.

Ketua pelaksana Sinau Kopi, Imam Mahfudin mengatakan, Sumbermanjing Wetan merupakan daerah penghasil kopi. Setidaknya ada 4 ribu hektare kebun kopi robusta. Sayangnya Sumbermanjing Wetan atau lebih dikenal Sumawe, entah kenapa, tidak punya brand kopi khas daerah.

“Padahal kalau di daerah lain ada yang namanya Kopi Dampit, Kopi Karlos, Kopi Pringgitan. Kok Sumawe tidak punya ya?,” tukasnya.

diskusi soal pengolahan kopi pasca panan jadi topik utama kegiatan ini. (istimewa)

Ternyata, masyarakat Sumawe belum mampu mengolah kopi sendiri. Masyarakat dan petani malah menjualnya langsung ke tengkulak atau pabrik dengan alasan lebih cepat menghasilkan uang. Padahal, lanjut Imam, kopi olahan lebih meningkatkan nilai ekonomi kopi robusta di Sumawe.

Dalam acara Sinau Kopi, tim KKN 77 mengajak petani kopi di Sumawe untuk memahami cara mengokah kopi pasca panen. Diskusi ringan dan mencicipi kopi bareng juga bagian dalam kegiatan.

Masyarakat tampak antusias dan fokus mengikuti kegiata. (istimewa)

“Jadi kami coba bandingkan antara kopi yang diolah dengan baik atau petik merah dengan kopi yang diolah secara konvensional atau petik asal-asalan,” kata dia lagi.

Terbukti, masyarakat Sumawe sangat antusias dan mengikuti rangkaian diskusi yang dibantu oleh Wahyu EP (kopi pringgitan) sebagai pemateri, dan mas Takim (kopi lokal Sumawe) sebagai petani muda daerah Sumawe. Komunitas pecinta kopi, perangkat desa dan disbun Sumawe juga hadir memberi dukungan.

“Setelah acara ini, kami berharap petani kopi Sumawe mampu mengolah kopi khas Sumswe yang sehat dan berkualitas. Dan bila dipasarkan menambah nilai ekonomi masyarakat,” katanya.

Imam juga berpesan, masyarakat tentu harus tetap dibina dan difasilitasi pemerintah daerah agar mampu berdiri mandiri dalam produksi maupun pengolahan kopi.


Reporter: Anja Arowana
Editor: Deny Rahmawan
Publisher: Yunus Zakaria