Lewat ICCCF, Kampung Celaket Makin Dikenal Dunia Internasional

Acara ICCCF

MALANGVOICE – International Celaket Cross Culture Festival (ICCF) kelima bakal meriah, karena menghadirkan tiga panggung megah untuk menampilkan seni budaya yang melibatkan 2.000 seniman, baik nasional maupun lokal, pada 25-29 November mendatang.

Pada hari pertama, 25 November, festival dibuka dengan acara nyekar ke Makam Mbah Tugu, sekitar pukul 09.00 WIB. Mbah Tugu dipersepsi masyarakat sebagai tokoh ‘babat alas’ kawasan Celaket.

Acara dilanjut doa dan Tari Bedayan, sebuah tarian penghormatan kepada leluhur yang akan dipersembahkan para seniman dari SDN Rampal Celaket I.

celaket2

Usai prosesi nyekar, acara dilanjut dengan arak-arakkan tumpeng raksasa dengan rute Kampung Celaket, Jalan Jaksa Agung Suprapto, Sarangan dan finish di Gedung Sasana Krida Celaket.

“Selanjutnya ada acara jalan mundur yang dilakukan Gimbal Alas dari Celaket hingga Puncak Semeru,” tutur penggagas acara, Hanan Djalil kepada MVoice.

Siang harinya, pada sekitar pukul 13.00 WIB, kegiatan dilanjut dengan pertunjukkan yang akan diikuti 200 penari jaranan. Unik dan menariknya, ratusan seniman itu rencananya bakal ndadi’ bersama, hingga membuat acara makin sakral dan meriah.

“Malam harinya baru kita sambung dengan ludruk. Mahasiswa dari UM, UB dan UMM ikut ambil bagian,” ujarnya.

Acara malam hari bakal semakin sensasional, karena budayawan ternama Sujiwo Tedjo, penari Didik Ninik Towok, dan Sobari Sofyan, bakal unjuk kebolehan bermain ludruk dan tari.

Lebih istimewa lagi, Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita, juga ikut ambil bagian memerankan salah satu tokoh pada pementasan ludruk tersebut.

Pada hari kedua, seni barongsai, pencak silat, kentrung Jawa Timur hingga kesenian dari Malang Barat, tak kalah menarik untuk disimak. Pasalya, ratusan seniman dari berbagai penjuru dan paguyuban bakal unjuk gigi pada 26 November.

Kemeriahan di hari ketiga, 27 November, dipastikan makin memuncak. Seni tradisional Tionghoa sumbangan dari Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Malang bakal berbagi atraksi, yang tentu tak kalah sensasional.

“Seniman langsung didatangkan dari Tionghoa, sehingga acara bakal makin ramai,” katanya.

Begitu juga pada hari keempat, 28 November. Atraksi seni Banyuwangi, Jaranan Buto, hingga seni karawitan yang merupakan ciri khas masyarakat Jawa, bakal menghibur peserta yang hadir.

Dan pada hari terakhir bakal ada atraksi Bantengan, menghadirkan 200 seniman yang didesain bakal ‘ndadi’ bareng di siang hari.

Sedangkan tari kolaborasi yang menghadirkan lima maestro, Didik Ninik Towok dan sebagainya, bakal menutup kemeriahan acara yang kini sudah diakui dunia internasional itu.