Komisi I DPR Minta KPI Kaji Siaran yang Tak Sesuai Budaya Indonesia

Nurhayati Ali Assegaf

MALANGVOICE – Anggota Komisi I DPR RI, Nurhayati Ali Assegaf, meminta para komisioner baru Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat lebih meningkatkan kinerja dan pengawasannya terhadap siaran-siaran yang kurang mendidik dan justru tidak mencerminkan nilai budaya bangsa.

Penegaskan itu dilontarkan Nurhayati saat memberikan tanggapan atas penjelasan dari pihak KPI Pusat dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Komisi I DPR RI dengan Komisioner KPI Pusat di Ruang Rapat Komisi I DPR RI, Kompleks Parlemen, Senayan

Wakil Ketua Umum Partai Demokrat ini berharap, KPI dalam menyusun agenda kerjanya tidak hanya berbasis program, tetapi bagaimana mencapai target-target yang memang bermanfaat bagi dunia penyiaran.

“Kita Ingin KPI juga dalam program kerja ini, target apa sih, apa sih yang akan dituju. Tiap tahun mengajukan anggaran saya ingin ada targetnya,” papar Nurhayati dalam rilis yang diterima MVoice, beberapa menit lalu.

Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) ini juga mengkritisi mengenai pemberian Award oleh KPI. KPI banyak memberikan Surat Peringatan (SP) kepada lembaga penyiaran swasta, kemudian tetapi lucu dan anehnya, KPI Award yang justru diberikan kemudian kepada lembaga-lembaga yang sebelumnya diberikan sanksi.

“Saya ingin KPI yang sekarang ini punya konsistensi, apapun yang dilakukan kalau sudah melakukan pelanggaran meskipun kontennya apa itu katanya hak production tetap saja mereka dikenakan sanksi, tidak kemudian dikenakan sanksi lalu diberikan award,” ucap Nurhayati yang berangkat dari Dapil Malang Raya itu.

Ia juga menyoroti beberapa tayangan televisi yang dianggap menciderai nilai budaya bangsa.

“Ada program yang saya rasa tidak sesuai dengan nilai budaya bangsa yaitu, ‘take me out’ yang memilih itu, kemudian dipaparkan begitu saja.

Menurut saya, saya juga mendapatkan banyak dan beberapa masukan dari konstituen saya bahwa itu tidak pantas,” tukasnya.

“Tolong dikaji dan dilakukan survei, apakah masyarakat menghendaki. Karena menurut banyak masukan ke saya itu tidak sesuai dengan budaya kita. BNah hal-hal seperti ini saya kira juga harus menjadi kajian dari KPI saat ini,” pungkasnya.