Kebutuhan Gula Tinggi, Indonesia Butuh 63 Pabrik Baru

Pabrik gula Kebon Agung.
Pabrik gula Kebon Agung.(anja)

MALANGVOICE – Kebutuhan masyarakat Indonesia akan gula mencapai 5.7 juta ton setiap tahunnya. Namun angka itu berkebalikan dengan kemampuan memproduksi gula, hanya 2 juta ton saja. Hal ini, menurut Prasetyo Budi Santoso, pemimpin Pabrik Gula (PG) Kebon Agung Malang, sangat mengancam ketahanan pangan.

“Sekarang bagaimana caranya bisa menutup kekurangan 3.7 juta ton itu dalam waktu dekat? Membangun pabrik gula baru membutuhkan waktu 2-3 tahun. Untuk memenuhi 5.7 juta ton itu setidaknya butuh 63 pabrik gula baru,” tandasnya.

Selain itu, lanjutnya, permasalahan ini disebabkan kurangnya variasi bibit unggulan tebu baru dari lembaga riset tebu.

“Kalau di luar negeri, bibit tebu disediakan pemerintah, tapi di sini lembaga riset tebu dipegang swasta. Varietas bibit baru tebu juga tidak ada,” kata dia lagi.

Masalah semakin rumit ketika lahan menanam tebu juga semakin berkurang. Misalnya di Malang Raya, dalam 1 tahun terakhir, 3 kecamatan yang selama ini menjadi lahan tebu hilang, karena jadi lahan pemukiman.

Ia mencontohkan Thailand, negara yang hanya butuh 2 juta ton gula, tapi justru mampu memprodulsi 11 juta gula.

“Bayangkan bila Thailand bisa memenuhi gula di Indonesia. Impor gula tak bisa dihindari, yang akhirnya malah mematikan pabrik gula di negeri sendiri,” tandasnya.

Kalaupun harus impor, tandasnya lagi, setidaknya harus ada regulasi yang tepat, agar tidak terjadi kebocoran.