Kaos Kobong Glow in The Dark, Usung Nilai Kearifan Lokal Banyuwangi

Kaos Bernuansa Kearifan Lokal (istimewa)

MALANGVOICE – Slogan ‘Utamakan Bahasa Indonesia, Lestarikan Bahasa Daerah, Kuasai Bahasa Asing’ rupanya benar-benar diterapkan sekelompok mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Pasalnya, kelompok yang terdiri dari lima mahasiswa ini menciptakan kaos bermuatan bahasa dan budaya lokal Banyuwangi sebagai karya ilmiah yang mereka ajukan pada gelaran Pekan Kreativitas Mahasiswa-Kewirausahaan (PKM-K).

Karya yang diberi nama Kaos Beranimasi Muatan Bahasa Osing (Kobong) Glow in the Dark ini menjadi salah satu dari 38 karya PKM UMM yang mengikuti monitoring dan evaluasi (monev) eksternal di Universitas Negeri Malang (UM) (12/7).

Salah satu anggota tim, Robby Cahyadi mengungkapkan karya PKM-K yang dibuatnya bersama tim mendapat apresiasi dari tim peninjau monev. Menurutnya, ini karena sejumlah keunggulan yang dimiliki, yakni bahan kaos yang digunakan berstandar distro, bahasa yang memiliki filosofi, mengangkat budaya lokal, dan tulisan di bagian belakang kaos dapat menyala dalam gelap (glow in the dark).

“Tidak ada pertanyaan yang diajukan untuk Kobong Glow in the Dark, Alhamdulillah. Kita optimis untuk bisa maju ke PIMNAS,” ujar Robby.

Karya ini terbilang unik karena menggabungkan ide desain visual dengan bahasa dan budaya lokal. Bagian depan karya ini adalah gambar-gambar budaya khas Banyuwangi, seperti blangkon atau barong. Menariknya, gambar-gambar ini dikemas dalam bentuk animasi tiga dimensi.

Tulisan Gemelaring yang berarti ‘terus berproses sampai sukses’ menghiasi bagian depan kaos di atas gambar tiga dimensi. Di bagian belakang kaos, terdapat tulisan Using Ngewod Selawase yang berarti bahasa Banyuwangi tidak akan mati selamanya.

“Sasarannya adalah semua usia, baik anak-anak maupun orang lansia, jadi kami buat desain yang bagus untuk semua usia,” imbuh mahasiswa semester empat ini.

Sejauh ini, Kobong glow in the dark sudah dipesan banyak orang. Kaos ini juga sudah bermitra dengan beberapa distro dan agen penjual pakaian di Rembang, Tuban, dan Pasuruan. Berbekal modal 10 juta dari Dikti, kini laba yang dikantongi lima mahasiswa ini mencapai enam juta. Bukan hal mudah untuk membuat karya yang dijual seperti sekarang, mereka butuh hingga lima kali penyempurnaan.

“Kami buat pertama, lalu ada masukan dari pembeli, kami perbaiki lagi, sampai lima kali,” kisah Robby.

Terkait strategi pemasaran, Robby mengaku mereka memanfaatkan semua media sosial, seperti Blackberry Messenger (BBM), whatsapp, line, dana kun Instagram Kobong Glow in the Dark dengan nama @kobong-gemelaring.

Tim ini beranggotakan lima mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, yakni Robby Cahyadi, Rosidi Hadi Siswanto, Rani Rahmawati, Dewi Larasetiani, dan Risnawati. Meski tak semuanya berasal dari Banyuwangi, namun mereka menyiasatinya dengan membuat kamus bahasa Osing untuk mendukung kemampuan mereka mempelajari bahasa Osing, sehingga memperkaya kosakata dalam membuat kaos.


Reporter: Anja Arowana
Editor: Deny Rahmawan
Publisher: Yuliani Eka Indriastuti