Jangan Teriak, Begini Cara Berkomunikasi yang Benar pada Anak

guru mengarahkan siswa (anja)
guru mengarahkan siswa (anja)

MALANGVOICE – Hasil penelitian menunjukkan tiga dari empat orangtua menjerit atau meneriaki anak-anak mereka paling tidak satu kali sebulan.

Banyak orangtua yang meneriaki anak-anak mereka dikarenakan mereka merasa itu memang sesuatu yang perlu dilakukan. Padahal cara itu tidak efektif dan malah memutus komunikasi.

Seorang guru sekaligus waka kurikulum di PAUD Omah Bocah di Griya Santha, Choirun Nisa SPsi mengatakan, ada lima tahapan efektif untuk berkomunikasi mendapatkan perhatian anak. Aturannya adalah tidak melakukan 3M yaitu meneriaki, memerintah, dan marah. Cara komunikasi ini sudah diterapkan disekolahnya.

Semisal jika ada anak bertengkar dengan temannya, Nisa menyarankan agar orangtua tidak meneriakinya. Lakukan cara ini.

Pertama visually looking on. Lihat si anak dari dekat. Anak yang sudah terbiasa biasa akan berhenti bertengkar.

“Usaha awal tidak berhasil biasanya. Lanjutkan ke langkah berikutnya,” katanya.

Jika bertengkar masih tidak berhenti. Lakukan direct statement atau ucapan langsung. Nyatakan kalimat pernyataan bukan teguran. Sebagai contoh, “Anak sholeh biasaya sayang dengan teman”.

“Jangan direspon dengan marah-marah karena otak anak akan terbiasa merespon dengan emosi, akhirnya si anak marah-marah juga,” katanya.

Selanjutnya, jika belum berhasil, lakukan langkah selanjutnya, yaitu menanyakan pada anak seperti contoh “Apa yang dilakukan supaya teman nyaman?”.

Jika masih berkelahi, barulah direct statement “Stop! Lepaskan tangan kalian berdua”.

Jika masih bertengkar barulah ada kontak fisik dari orangtua dengan memegang tangannnya lalu berikan pengertian seperti “Tangan diciptakan untuk mengandeng temannya”

“Berkomunikasi dengan anak harus lembut. Lalu susunan kalimat harus sesuai SPOK (subjek predikat objek keterangan) lengkap. Butuh pembiasaan. Lakukan terus, karena cara ini akan efektif. Kebanyakan orangtua tidak paham cara seperti ini,” katanya