Ini Dia Jawaban, Mengapa Lebaran Selalu Identik dengan Ketupat

Ketupat (tika)

MALANGVOICE – Lebaran selalu identik dengan ketupat dan lepet. Ketupat adalah anyaman janur yang berbentuk segi empat terbalik dan berisi beras, kemudian di rebus.

Sementara lepet adalah ketan gurih bercampur parutan kelapa, berbungkus daun pisang kemudian dikukus.

Rupanya, ada filosofi yang mendalam mengenai ketupat Lebaran ini.

Menurut Ketua Fatwa MUI Kabupaten Malang, H Khoirul Hafidz Fanani, ketupat alias kupat mengandung makna ngaku lepat (mengakui kesalahan).

“Kenapa ketupat itu dibungkus dengan janur? Sebab janur itu merupakan lambang kebahagiaan,” terangnya kepada MVoice.

Kyai Hafidz juga menjelaskan, kupat berasal dari beras yang jumlahnya banyak, kemudian bersatu. Maknanya, manusia harus bersatu, rukun dan tidak bercerai berai.

“Tapi dalam kumpulan beras itu selalu ada las beras (gabah), yang diibaratkan sebagai penyakit. Nah las itu jangan dibuang, dikumpulkan lagi kemudian diselep. Artinya ada orang yang mengganggu jangan disingkirkan tapi dibina,” imbuh Katib Syuriyah Pengurus Cabang NU (PCNU) Kabupaten Malang.

Bentuk kupat yang segi empat ibarat hati manusia. Saat orang sudah mengakui kesalahan kesalahannya, maka hatinya seperti ketupat yang dibelah. Isinya putih bersih, hati tanpa iri dan dengki.

Dia melanjutkan, kalau sudah ada kupat jangan lupa lepetnya. Artinya manusia harus ingat mati, karena lepet diikat tiga seperti ketika manusia meninggal dan dipocong pada bagian atas kepala, tangan dan kaki.

“Lepet yang enak adalah yang banyak kelapanya, manusia yang baik adalah yang banyak manfaatnya,” tegasnya.