Hengki Herwanto, Sosok di Balik Museum Musik Indonesia

Hengki Herwanto (anja)
Hengki Herwanto (anja)

MALANGVOICE – Perjalanan Museum Musik Indonesia (MMI) sangatlah panjang. Mulai dari koleksi kaset CD lama di salah satu rumah perumahan Griya Santha 2009 silam hingga saat ini pindah lokasi di Gedung Kesenian Gajayana. Di balik perjalanan panjang itu, ada salah satu sosok yang berjasa dalam setiap jengkal sejarah pendirian MMI. Dia adalah Hengki Herwanto.

Kecintaan pada musik benar-benar melekat pada Hengki Herwanto. Dari hobi mengoleksi kaset, piringan hitam dan compact disc, bersama rekan-rekannya ia pun mendirikan Galeri Malang Bernyanyi (GMB), sejak 2009 lalu.

Awalnya, GMB berada di sebuah rumah yang ditata rapi dengan aksesoris musik di kawasan Jalan Puncak Borobudur Blok-407, Perumahan Griya Shanta, Malang.

Sampai 2015, ia telah mengoleksi lebih dari 16.000 kaset, CD, memorabilia, piringan hitam, majalah, buku, bahkan poster musik. Semua itu merupakan sumbangan dari penghobi musik dan musisi, tak hanya dari Tanah Air, tapi juga negara lain dari semua benua.

Ada lagu tradisional, lagu kebangsaan, rekaman pidato Soekarno, bahkan lagu Gesang dan Titiek Puspa. Semua ada. Semua dalam keadaan cukup terpelihara,” kata Hengki beberapa menit lalu.

Berjalannya waktu, pada tahun 2016, GMB yang saat ini dikenal dengan nama Museum Musim Indonesia, Hengki dan kawan-kawan terutama musisi kota Malang, dan pihak pemerintah memperkenalkan MMI ke cakupan masyarakat yang lebih luas. Menurut rencana, MMI akan diresmikan sebagai Museum Musik Indonesia tanggal 19 November besok.

“Visi kami untuk merekam dan memelihara perjalanan sejarah musik Indonesia, sebagai sarana edukasi untuk membangun masa depan musik,” kata pria yang pernah berprofesi sebagai jurnalis ini.

Saat ini, kesibukan Hengki adalah mengelola MMI sekaligus memperkenalkan MMI ke masyarakat.