Harie Pandiono, Sosok Penting di Balik #One Soul One Nation

Harie Pandiono

MALANGVOICE – Pada beberapa laga Arema belakangan, bendera raksasa ber-tagline #One Soul One Nation terbentang perkasa, membuat bulu kuduk merinding, haru, dan bangga serta menggelegaknya jiwa. Itulah Aremania, yang dahsyat, yang tak pernah lelah lahir dan batin mendukung tim kebanggaannya.

Nah, ada salah satu tokoh penting di balik terbentangnya #One Soul One Nation, yang tidak semua tahu. Dialah Harie Pandiono, arek Malang asli yang kini tinggal di Kota Las Palmas , Grand Canaria, Spanyol. Saat diwawancarai MVoice, pukul 02.00 dini hari tadi waktu Spanyol, Harie baru saja hendak istirahat, dan jam 11.00 siang dia harus terbang Mauritania.

Hari P-1Namun, lelaki yang berprofesi sebagai Consultant Cost and Project Management Specialist Gold Mining Construction itu dengan sabar melayani wawancara MVoice, sembari memberikan jawaban-jawabannya.

Sekilas tentang Harie, dia adalah lelaki yang begitu ‘gila’ dan cinta dengan Arema dan tanah kelahirannya. Kemanapun kakinya ditapakkan di penjuru dunia ini, di situ bendera Arema dia kibarkan dengan segala kebesaran jiwa dan rasa bangga.

“#One Soul One Nation itu bagian kecil dari jutaan kreativitas suporter, dan itu ungkapan Jiwa Aremania dan arek-arek Malang dalam mengekspresikan dukungan pada klub Arema. Karena eksistensi Arema itu harga diri bagi Aremania dan bangsa Indonesia di mata suporter rival, terutama di kawasan Asia,” tuturnya, membuka percakapan.

Hari P-3Ditambahkan, di saat sepak bola Indonesia sedang jatuh tersungkur di titik nadir, maka suporter harus tetap mampu berdiri, tegakkan kepala, dan menunjukkan harga diri. “#One Soul One Nation (Salam Satu Jiwa Arema, Salam Satu Bangsa Indonesia), itu lahir setelah #OneIncredibleBlue (OIB), sekitar Desember 2014,” tuturnya.

Saat itu Arema gagal di semi final melawan Persib, otomatis OIB gagal ke Jakarta. “Dari situ saya dan teman-teman di Tanah Air merasa perlu ikut membangkitkan semangat ‘Jiwa Para Satria’, menyamakan visi Aremania seluruh Nusantara, sebagai implementasi lagu yang sering dinyanyikan di tribun stadion saat Arema berlaga, ‘Satu Jiwa Arema Untukmu Indonesia’,” tambahnya.

Harie bermimpi, perilaku, prestasi, dan eksistensi arek-arek Malang mampu menjiwai seluruh bangsa Indonesia, sehingga makna yang terkandung dalam ‘Satu Jiwa’ merasuk dalam tiap sanubari bangsa, hingga mampu menyatukan seluruh elemen, baik di tingkat kalangan pejabat hingga rakyat jelata.

“#One Soul One Nation kami harapkan juga mampu merasuki jiwa rival abadi Aremania, agar mampu menerima ‘tantangan’ Aremania. Untuk itu #One Soul One Nation yang juga diiringi bendera warna biru berukuran 110×70 meter yang belum sempat berkibar, kita ciptakan. Sejatinya supporter Aremania ‘menantang’ semua rival, baik supporter lokal maupun Asia, untuk berkreasi positif,” rincinya.

One Soul Nation Bendera Raksasa
Harie juga mengakui, ide membuat bendera super raksasa itu memang ide edan, yang tidak bisa diukur dengan nalar waras. “Karena sudah saatnya rivalitas prestasi didasarkan pada sopan santun, baik ucapan, tindakan, dan perbuatan. Kreasi Aremania harus positif agar menebar dan mendapat suport dari seluruh komponen bangsa, yang pada gilirannya sepakbola bisa lebih dihormati dan diangkat prestasinya,” katanya panjang lebar.

#One Soul One Nation pernah dikibarkan di Maguwoharjo, dan terakhir di Kanjuruan. “Sebenarnya di Kanjuruhan itu baru 50 persen dari kekuatan penuh #One Soul One Nation. Seharusnya 90m x 110m, tapi kemarin baru berkibar 36m x 110m plus bendera biru 90mx110m. Rencananya akan kami sorot dengan sinar laser berbentuk ungkapan duka dan semangat untuk Arema, tapi belum sempat, karena keterbatasan stadion, serta gagal ke final,” katanya.

Andai Arema masuk final Piala Jenderal Sudirman di Senayan, tambahnya, #One Soul One Nation dengan ukuran 13,000m2 sudah pasti meruntuhkan semangat lawan, membuat keder suporter lawan, bahkan negara tetangga yang melihat kreasi edan Aremania.

“Sayang, dukungan yang total dari Aremania itu belum mampu mengangkat moral pemain. Dan kita harus menerima kenyataan, semoga #One Soul One Nation secara penuh tetap dapat dikibarkan dan dihentakkan di Jakarta atau kandang rival lainnya pada laga berikutnya,” Harie mengakhiri wawancaranya.