Haedar: UMM Siap Masuki Fase Baru

UMM

MALANGVOICE – Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kini memiliki rektor baru, setelah Drs Fauzan MPd secara resmi dilantik oleh Ketua Majelis Dikti dan Litbang Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Dr H Lyncolin Arsyad MSc. Fauzan menjabat Rektor periode 2016-2020, menggantikan Prof Dr Muhadjir Effendy MAP yang memimpin UMM sejak 2000 lalu

Pelantikan berlangsung di Aula Biro Administrasi Umum (BAU) UMM, hari ini, dihadiri Ketua Umum PP Muhammadiyah, Dr H Haedar Nashir MSi, Ketua Badan Pembina UMM Prof Dr HA Malik Fadjar MSc, serta undangan, di antaranya Pimpinan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM), Pimpinan Muhammadiyah serta organisasi otonom, dosen, karyawan, dan aktivis mahasiswa.

Dalam pidato perpisahannya, Muhadjir mengungkapkan kepuasannya, karena proses pergantian kepemimpinan di UMM berjalan cantik dan bermartabat. Proses ini, kata Muhadjir, senada dengan tradisi di Muhammadiyah yang selalu menampilkan proses transisi yang elegan.

Muhadjir mengatakan, semua prestasi yang telah diraih UMM hingga saat ini merupakan hasil kerja kolektif seluruh elemen di lingkungan kampus. Ia meyakini Fauzan sebagai salah satu kader terbaik Muhammadiyah mampu mengemban amanah dengan baik. “Tugas selanjutnya adalah menjadikan UMM lebih baik dan makin berjaya,” katanya.

Ia berharap Fauzan meneruskan program-programnya yang belum selesai di UMM. “Rektor baru harus menyusun rencana-rencana strategis dan punya visi ke depan agar UMM semakin berkembang di antara perguruan tinggi di Indonesia,” ujarnya.

Dalam jangka pendek ia berharap penerusnya dapat melanjutkan konsep UMM yang ingin mewujudkan edupark. Edupark adalah konsep wisata pendidikan yang dirancang UMM untuk memberi alternatif wisata yang mendidik dan mencerdaskan masyarakat.

Sementara rektor terpilih, Fauzan, mengatakan, kebesaran kampus ini tak lepas dari kepemimpinan para pendahulunya. “Terutama Pak Malik dan Pak Muhadjir yang pemikiran dan tindakannya telah memikat banyak orang. Ketajaman cara pandang mereka membuat UMM menjadi salah satu standar perguruan tinggi di Indonesia,” paparnya.

Untuk itu Fauzan berharap, sekalipun Malik dan Muhadjir tak lagi menjadi rektor, kedua tokoh itu jangan sampai melepaskan diri dari UMM, karena bimbingan, wejangan, dan nasehatnya tetap diperlukan bagi kemajuan kampus ini. “Mereka tidak boleh berhenti menjadi bapak bagi kita semua,” tegasnya.

Lebih dari itu, Fauzan mengakui, untuk bisa terus mengembangkan UMM, berlari saja tidak cukup apalagi berjalan. Karenanya, kedudukan yang ia emban sebagai rektor tidak bisa dipakai untuk duduk-duduk saja, tapi harus dipakai untuk berlari sekencang-kencangnya.

Fauzan juga meyakini, UMM tidak bisa maju tanpa sinergi dari segenap pihak, terutama para dosen, karyawan dan mahasiswa. “Seluruh dosen, karyawan dan mahasiswa harus merapatkan barisan, menuju hari esok yang lebih cerah. Kita lahirkan prestasi dengan segala inovasi dan strategi.”

Ia memandang tantangan yang dihadapi perguruan tinggi, khususnya UMM, semakin kompleks. “UMM tidak hanya sekadar berkompetisi dalam lingkup persaingan perguruan tinggi, tetapi tantangan sebenarnya adalah tantangan perubahan sosial, ekonomi, dan politik,” kata Fauzan.

Sementara Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, berharap, setelah berhasil menjadi perguruan tinggi yang unggul, UMM harus menuju ke fase baru sebagai pemasok pemikiran-pemikiran strategis bagi Muhammadiyah. “Jadilah madrasah pemikiran untuk pergerakan Muhammadiyah ke depan,” kata Haedar.

Menurutnya pelantikan ini mengandung pesan yang mendalam yaitu sebuah proses transformasi gagasan dan inspirasi. UMM sebagai salah satu dari rangkaian perguruan Muhammadiyah diharapkan menjadi penyokong gerakan Muhammadiyah yang tengah berjalan di abad keduanya.

Haedar mengakui, kehadiran UMM bersama sejumlah PTM besar lainnya telah membuat Muhammadiyah optimis dalam menapaki abad keduanya. Karena itu, ia meminta Fauzan sebagai nahkoda UMM yang baru, untuk terus me-manage pikiran-pikiran besar yang lahir dari kampus ini. “UMM adalah modal intelektual bagi pergerakan Muhammadiyah,” imbuhnya.

Senada dengan itu, Malik Fadjar mengatakan, kehadiran UMM beserta seluruh amal usaha Muhammadiyah telah meneguhkan Islam sebagai kekuatan penggerak. Untuk itu, Malik meminta agar seluruh kekuatan ini kompak dalam membawa cita-cita persyarikatan.

Karena itu, baginya UMM dan Muhammadiyah harus terus memperkuat manajemen, karena dengan cara itulah masing-masing bisa saling membantu. Malik juga mengingatkan agar gerakan tersebut dilakukan dengan langkah yang mantap, terprogram dan terencana, bukan gerakan yang dadakan dan tak terarah.