Hadapi MEA, Kemasan jadi PR UMKM

Keripik tempe di etalase penjualan Swari (fia)

MALANGVOICE – Kemasan menjadi pekerjaan rumah paling besar yang harus diselesaikan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di era Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) saat ini. Pasalnya, jika dibandingkan dengan produk serupa dari negara lain, kemasan produk dari Indonesia jauh tertinggal.

Wakil Paguyuban UKM Malang Raya Roni Mei Kurniawan menjelaskan, ada empat hal yang menjadi perhatian di era MEA untuk produk UMKM khususnya olahan makanan ringan yaitu rasa, warna, aroma dan kemasan. Tiga tolok ukur pertama, UMKM Indonesia unggul, namun kalah telak di segi kemasan.

“Kami melakukan studi banding ke negara ASEAN, dan hasilnya kualitas rasa Indonesia unggul, tapi tertinggal di packaging. Kemasan produk Indonesia cenderung ketinggalan zaman,” kata dia.

Untuk mengatasi hal itu, pihaknya menawarkan fasilitas pengolahan kemasan yang disesuaikan dengan pangsa pasar UMKM agar bisa bersaing di luar negeri. Ia mencontohkan arbanat.

Penganan manis yang juga disebut rambut nenek ini awalnya dikemas biasa. Namun setelah diupgrade dengan kotak kemasan menarik, produk arbanat pun bisa menembus pasar Hongkong.

Saat ini paguyuban yang memiliki sekitar 200 anggota UMKM di Kota Malang itu banyak mendapat fasilitas dari Dinas Koperasi dan UKM Kota Malang bersama tiga organisasi UMKM lain di Kota Malang dalam hal peningkatan kualitas produk.

Total terdapat 1030 UMKM dengan sebagian besar adalah usaha mikro dan kecil dengan omzet antara Rp 300 juta hingga Rp 2,5 miliar satu tahun.