Di Hadapan Komite Guangzhou Award, Bambang Irianto Paparkan Inovasi Kampung 3G

Ketua RW 23, Bambang Irianto, menyampaikan presentasi di hadapan Komite Guangzhou Award. (Ist)
Ketua RW 23, Bambang Irianto, menyampaikan presentasi di hadapan Komite Guangzhou Award. (Ist)

MALANGVOICE – Puncak gelaran Guangzhou Award 2016 berlangsung Rabu (7/12) hari ini, di Ghuangzhou, Thiongkok. Ketua RW 23 Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Bambang Irianto, berkesempatan menyampaikan presentasi terkait Kampung Glintung Go Green (3G) sebagai salah satu nominator ajang ini.

Dikatakannya, Kota Malang masih menyimpan 5,5 persen kawasan kumuh dengan luas sekitar 608 Ha. Pemukiman kumuh itu, lanjut Bambang, sebagian besar dihuni pekerja sektor informal serta merupakan kawasan rentan banjir dan penyakit.

Dari fakta itu, Glintung termasuk bagian dari 5,5 persen berdasarkan kategori kumuh. Kampung 3G sendiri, terdiri dari 4 RT dengan populasi 1.086 orang. Ia menyebut, sebagian besar warganya bekerja sebagai buruh, namun banyak dari mereka juga memiliki usaha kecil dan bekerja di sektor swasta.

Ketua RW 23, Bambang Irianto, bersama Soetopo Dewangga mempersiapkan presentasi. (Ist)
Ketua RW 23, Bambang Irianto, bersama Soetopo Dewangga mempersiapkan presentasi. (Ist)

“Masalah utama lingkungan ini adalah infrastruktur hidup yang buruk. Selama musim hujan, selalu ada banjir yang membawa penyakit ke daerah ini, sehingga warga rentan terhadap penyakit. Hal ini telah menyebabkan tingginya tingkat kematian,” tegasnya.

Atas ancanan itu, Bambang menilai, perlu pengambilan langkah drastis untuk mengurangi risiko. Muncullah gagasan Gerakan Menabung Air (Gemar) atau Water Banking. Gagasan itu tak lepas dari inspirasi kebutuhan mendesak untuk hidup sehat, ramah lingkungan, dan bebas banjir.

“Melalui Gemar, air hujan lari dari rumah tertangkap melalui ke injeksi dengan baik dan memasuki lubang biopori,” urainya.

Lubang biopori ini memiliki kedalaman 1 meter, dibangun menggunakan cat kaleng 5 kilogram dan 25 kilogram. “Selain itu kami juga menyediakan biopori trans infiltrasi lubang. Kapasitas seluruhnya dapat menampung 49. 000 liter air,” tandasnya.

Dampak Gemar ini, selain meningkatkan resapan air ke tanah, juga membuat suhu udara turun sehingga mengurangi pemanasan global.

“Untuk melaksanakan ide ini, warga berkumpul untuk mengumpulkan secara mandiri, dipandu para ahli dari berbagai lembaga, terutama lembaga pemerintah dan akademisi Universitas Brawijaya,” pungkasnya.