Gurih, Manis dan Lembut Bercampur di Putu Lanang Bu Jumilati

MALANGVOICE – Siapa tak kenal putu, makanan tradisional berbahan tepung beras dengan gula merah di dalamnya ini menjadi penganan paling pas untuk menemani santai di sore maupun malam hari.

Salah satu penjual putu legendaris adalah di daerah perempatan Jagalan. Penjualnya bernama Jumilati. Perempuan kelahiran Ponorogo ini mulai berjualan putu sejak tahun 1981. Satu porsi berisi 10 buah putu dan dijual dengan harga Rp 8000.

“Saya buka dari jam 16.00 sampai malam sekitar jam 24.00,” kata nenek 15 cucu ini.

Di lapak sederhananya, Jumilati juga menjual varian makanan tradisional lain yaitu cenil, lupis dan klanting. Satu porsi terdiri dari tiga jenis penganan itu dijual dengan harga Rp 5000.

Penyajiannya, cenil, lupis dan klanting ditata menjadi satu kemudian ditaburi parutan kelapa dan terakhir dikucuri dengan gula merah yang sudah dilelehkan.

Pelanggan Jumilati tak hanya dari sekitar Kota Malang, namun juga banyak pembeli dari kabupaten Malang. Rata-rata mereka adalah para pekerja yang membeli sebagai buah tangan untuk keluarga di rumah.

Sebagai salah satu makanan tradisional, ibu empat anak kelahiran 1959 ini tetap mempertahankan kemasan tradisional. Alih-alih memakai kertas bungkus, Jumilati justru bertahan dengan memakai daun pisang sebagai pembungkus.

“Biar aroma daunnya masuk ke putu, jadi lebih harum,” kata dia sembari tersenyum.