G-Wars, Teknologi Pendaur Ulang Grey Water

Mahasiswa Tim G-Wars

MALANGVOICE – Limbah rumah tangga hampir dipastikan selalu ikut ambil bagian mempengaruhi kualitas air permukaan. Bahkan, selama ini pengolahan limbah rumah tangga hanya sebatas dibuang ke badan air.

Masalah itu akhirnya menginspirasi mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya yaitu M Reza, Guntur IH, Prieskaninda, Rahmanda Lintang, dan Ratnasita membuat teknologi pendaur ulang limbah domestik nontoilet sebagai solusi penyediaan air bersih yang berkelanjutan bernama G-Wars (Grey Water Recycle System).

Teknologi penyaringan
Teknologi penyaringan
“Kita mampu mengolah air limbah menjadi air bersih kelas 3. Artinya air ini bersih untuk keperluan irigasi, menyiram tanaman dan perikanan,” kata Priskaninda kepada MVoice beberapa menit lalu.

Prieska mengatakan, konsep kerja G-Wars cukup sederhana dengan mengunakan bak reaktor khusus yang diberi sekat-sekat untuk memisahkan setiap proses penyaringannya. Kemudian menggunakan media sarang tawon sebagai media tumbuh tanaman biofilm, dan bak penyaringan. Selanjutnya ikan mas digunakan sebagai indikator.

Ikan sebagai indikator
Ikan sebagai indikator
Pertama, air limbah domestik di masukkan dalam bak, kemudian dialirkan ke reaktor penyaring dengan tanaman biofilm.

“Biofilm ini mendegradasi polutan yang ada di air,” katanya.

Selanjutnya, air akan dialirkan ke reaktor penyaring khusus yang terdiri dari pasir, zeolit, ijuk, arang, dan ijuk lagi. Kemudian dialirkan ke reaktor biofilm kedua. Proses itu memakan waktu singkat tidak lebih dari 24 jam.

Prototype bak
Prototype bak
Kelebihan alat tersebut, lanjutnya, sangat hemat listrik. Satu G-Wars hanya membutuhkan 75 watt. Jauh lebih murah dibandingkan produk penyaring lain yang malah membutuhkan 300 watt. Selain itu, G-Wars diimplementasikan di setiap rumah warga agar lebih ekonomis.

“Satu rumah bisa mendaur ulang 400 liter air maksimal,” tutupnya.