Festival Dawai Nusantara Satukan Ragam Perbedaan

Wali Kota Malang, HM Anton, hadir dalam Festival Dawai Nusantara. (Bagian Humas Pemkot Malang)

MALANGVOICE – Setidaknya 13 partisipan mewarnai gelaran Festival Dawai Nusantara 2017, Jumat (20/10) malam di Gedung Kesenian Gajayana. Wali Kota Malang, HM Anton, hadir langsung membuka ajang itu, didampingi Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar), Ida Ayu Made Wahyuni.

Dalam sambutannya, Anton menyebut bahwa musik itu bahasa universal. “Karenanya dengan musik akan bisa menyatukan ragam perbedaan,” tutur suami Hj Dewi Farida Suryani itu.

Ucapan Anton bukan bualan belaka. Dijelaskan, ragam alat musik hingga seni menampilkan juga menjadi khasanah budaya tersendiri. “Maka acara ini harus mampu digelar secara berkelanjutan,” serunya.

Hal senada diungkapkan Ida Ayu Made Wahyuni. Dia menambahkan, Festival Dawai Nusantara menjadi media lintas nada, bunyi dan musik yang merekatkan jaringan musik tanah air.

Dia pun menegaskan, Disbudpar terus berkomitmen, dari tahun ke tahun harapannya peserta makin banyak dan luas cakupannya. “Bahkan (acara) ini juga mendapatkan respon dan dukungan positif dari Badan Ekonomi Kreatif (BeKraf),” tutur perempuan yang akrab disapa Dayu ini.

Penggagas acara, Redy Eko Prasetyo, menilai, Malang layak disebut kota ragam bunyi. Dikatakan, Nusantara memiliki kekayaan musik yang tinggi, setiap daerah memiliki keunikan tersendiri.

“Dari Kota Malang kita gagas Festival Dawai Nusantara yang memasuki tahun ke-3. Ini untuk mengukuhkan, bahwa Kota Malang layak disebut kota musik, kota yang ragam bunyi,” ujar Redy.

Pembukaan acara sendiri ditandai dengan petikan dawai oleh Anton serta dirilisnya relief dawai Malangan dengan inspirasi relief Candi Jago sebuah karya Faisol, seniman dan juga penggiat Malang Creative Fusion. Unen-unen Rekel dari Tuban menjadi grup pembuka, dengan nuansa hening dan beraroma mistis dengan judul instrumentalis ‘Tilar Dunyo’.

Memadukan rintihan dawai dengan dengung-dengung saung, penonton bak dibawa ke alam penuh keheningan, serta sedikit sentakan seruling seakan mencabut sukma pendengar. Permainan lampu dan sapuan asap menambah kesan kuat nada-nada mistis yang dimainkan Unen-Unen Rekel.

Hal kontras, diperlihatkan Arabian Dawai sebagai penampil berikutnya. Dimotori Ramzy, seniman musik arabian dengan kolaborasi bersama grup arabian musik Bekasi, akselarasi musik yang didominasi nuansa gambus, mampu mengundang aplause penonton.

Dibalut lengking biola kas Timur Tengah serta liak-liuk kecapi gitar gambus yang dipetik dengan lincahnya oleh Ramzy, menghadirkan pesona tersendiri. Menariknya, Arabian Gambus selain menyajikan nuansa religi dan puji pujian Rasul, di tengah aransemen musiknya juga diwarnai hentakan hentakan bergenre musik rock.(Coi/Yei)