Erupsi Bromo Tak Pengaruhi Panen Apel Poncokusumo

Apel Manalagi yang baru dipanen petani. (Shuvia Rahma)

MALANGVOICE – Erupsi lima tahunan yang saat ini terjadi di Bromo, tidak membawa pengaruh ke pertanian apel di Desa Poncokusumo, yang saat ini masuk pada musim panen. Kendati sudah berada di periode pertengahan, namun harga jual apel dari petani tetap stabil di angka Rp 4.000 hingga Rp 7.000 per kg.

Resyanto, salah satu petani apel menjelaskan, harga apel di tahun ini cukup bagus meskipun tidak terlalu tinggi. Ia mengatakan, dengan harga jual dari petani dikisaran Rp 4.000 hingga Rp 7.000, maka harga jual ke pasar konsumen akhir biasanya sekitar Rp 10 ribu hingga Rp 12 ribu per kg.

“Pernah apel di harga terendah, antara Rp 800 hingga Rp 1.000 per kg. Saat itu, petani banyak yang merugi,” kata Res.

Harga tahun ini yang cukup stabil menurut Petani apel Dusun Drigu, Suwanto dikarenakan panen raya apel terjadi bersamaan dengan panen buah lain seperti mangga dan rambutan. Sehingga harga jual tidak bisa terlalu tinggi.

“Pernah harga tertinggi petani di angka Rp 8.000 sampai Rp 10 ribu per kg, karena saat itu apel panen tanpa dibarengi buah lain,” kata Wanto.

Ia menjelaskan, hasil panen apel akan didistribusikan ke berbagai daerah, mulai dari Kota Batu, Yogyakarta, hingga Semarang. Jenis varian apel Poncokusumo ada tiga, Manalagi, Ana dan Rome Beauty, yang oleh warga setempat disebut apel merah.

“Kualitas apel saat ini bagus karena tumbuh saat periode kemarau. Bunganya banyak yang jadi. Tapi kalau musim berbunga seperti saat ini, kualitasnya menurun karena banyak bunga yang rontok kena air hujan,” jelas Wanto saat berbincang dengan MVoice.