Ekspedisi Indonesia Raya (7); Pendaki Brazil Diturunkan dengan Heli

Sabar Gorky bersama Dar Edy Yoga, Chief Executive Officer RMOL.co, saat di Elbrus, Rusia, beberapa waktu lalu.(istimewa)

MALANGVOICE-Suasana menegangkan dan heroik mulai menghiasi pemberitaan pendakian tim Ekspedisi Indonesia Raya. Dikabarkan, salah satu pendaki pria asal Brazil terpaksa harus diturunkan dengan heli, dari ketinggian 4.900 mdpl Camp Canada, di Gunung Aconcagua, akibat gangguan kesehatan.

Kabar itu disampaikan salah satu pendaki dari Ekspedisi Indonesia Raya, Asep Sumantri, melalui telpon satelit, kemarin malam waktu Argentina, atau Selasa pagi waktu Indonesia. “Tim Ekspedisi Indonesia Raya merupakan rombongan terakhir yang akan summit atack di Aconcagua,” jelas Asep, dari ketinggian 4.900 mdpl.

Sementara itu, dari Camp Canada di ketinggian 4.900 mdpl Selasa malam waktu Indonesia, Sabar Gorky dan anggota TNI yang terdiri dari Letnan Kolonel Rivelson Saragih, Kopda (Mar) Sigit Purwoko, Kopda (Mar) Imam Rozikin, Praka (Mar) Erlando B, dan Praka (Mar) Didik Rudiyanto, serta pendaki dari Kantor Berita Politik RMOL Widya Victoria, Asep Sumantri dan Syatiri Achmad Aswani, akan melanjutkan pendakian ke Camp Nido de Condores di 5.400 mdpl dan akan bermalam di tempat itu.

Rilis yang diterima Redaksi MVoice, menyebutkan, dengan didampingi tiga guide profesional dari Aconcagua Trek yang difasilitasi Acomara Guide, Capi, Julian dan Carlos, berupaya membawa para pendaki dari Indonesia ini hingga menggapai puncak Aconcagua 6.962 mdpl.

Secara teknis, Aconcagua merupakan gunung yang dapat didaki tanpa teknik pemanjatan khusus seperti di Carstenz Pyramid, Papua. Dan tidak memerlukan bantuan tali atau kapak es untuk sampai ke puncaknya.

Namun ketinggian menjadi masalah utama di sini. Dengan ketinggian di atas 6.000 mdpl, asupan oksigen hanya tinggal 40 % dari yang biasa kita hirup pada ketinggian normal. Tetapi penggunaan tabung oksigen tambahan dirasa belum diperlukan kecuali pada kondisi darurat.

Penyakit ketinggian atau Altitude Mountain Sickness (AMS) akan mempengaruhi sebagian besar pendaki, tergantung pada kemampuan fisik dan waktu aklimatisasi. Bahkan jalur pendakian melalui rute normal yang dianggap secara teknis mudah masih memakan beberapa korban setiap tahunnya.

Biasanya disebabkan pendaki yang meremehkan risiko penyakit ketinggian dan cuaca yang bisa berubah-ubah dengan mudah. Badai dan cuaca dingin adalah tantangan utama di gunung ini.

Musim pendakian di Aconcagua secara resmi akan ditutup tanggal 15 Maret. Siapapun tidak diizinkan melakukan pendakian, karena faktor cuaca yang tidak bersahabat bagi para pendaki.