Dubes Venezuela: Hadapi Proxy War, Ajaran Bung Sangat Karno Relevan

MALANGVOICE – Pemikiran anti neokolonialisme dan neoliberalisme atau Nekolim dari Bung Karno masih relevan digunakan menghadapi peperangan modern. Bung Karno mengajarkan agar pemerintahan di sebuah Negara merdeka dan berdaulat bisa mengembangkan sistem politik, ekonomi dan budaya yang independen dan bebas dari kepentingan asing.

Pernyataan itu disampaikan Duta Besar Republik Bolivar Venezuela, Gladys F Urbaneja Duran, pada pertemuan dengan pendiri Universitas Bung Karno (UBK), Rachmawati Soekarnoputri, di Jalan Jati Padang Raya, Jakarta, siang tadi.

Duran mengatakan, kunjungan ke kediaman Rachmawati itu dilakukan sebagai tanda penghormatan terhadap Rachmawati, yang menurutnya konsisten menjalankan ajaran Bung Karno.

dubes venezuela_“Situasi global yang kita hadapi berbeda dengan situasi global yang dihadapi Bung Karno dan tokoh-tokoh nasionalis lain pada masa itu. Tetapi, justru karena peperangan sekarang menggunakan wajah berbeda dan kaki tangan (proxy war), saya rasa ajaran Bung Karno sangat relevan,” ujarnya.

Dalam pertemuan itu, seperti ditulis dalam rilis yang dikirim ke redaksi MVoice, Dubes Duran didampingi Sekretaris Kedua Kedubes Venezuela Julio Cesar Aray Nardella, sementara Rachmawati didampingi Wakil Rektor UBK, Teguh Santosa.

Duran juga mengatakan, hal lain yang dia kagumi dari Bung Karno adalah tekad kuatnya memperjuangkan terbentuknya persatuan di kalangan negara-negara yang baru merdeka pada era 1950-an.

“Kami perlu belajar kembali dari Bung Karno cara menjalin persatuan di antara negara-negara yang kini menghadapi ancaman dari luar yang tidak kecil,” ujarnya lagi.

Pada bagian lain Duran mengatakan, Venezuela juga memiliki pengalaman dalam menyatukan negeri-negeri terjajah, dan mendorong perjuangan bersama, sehingga lepas dari cengkeraman penjajah.

Dia menyebut nama Simon Bolivar (1783-1830), yang berjuang memimpin pergerakan kemerdekaan negeri-negeri Amerika Latin. Namum setelah Bolivar meninggal dunia, negeri yang dia merdekakan terpecah menjadi Bolivia, Ekuador, Kolumbia, Panama, Peru dan Venezuela.

Duran pun menyampaikan keinginannya mengundang Rachma sebagai salah seorang pembicara di KTT Gerakan Non Blok yang rencananya digelar di Caracas, Juli tahun ini. Dia berharap Rachma kembali menggelorakan semangat persatuan di kalangan negara-negara berkembang.

Menanggapi Duran, Rachmawati mengatakan, struktur politik dan ekonomi global saat ini pada dasarnya masih menghasilkan dua kelompok negara, yakni Negara yang melakukan penindasan dengan berbagai cara, dan negara-negara yang dieksploitasi.

“Sayangnya kesadaran akan kepentingan nasional di kalangan elite politik yang lemah justru melahirkan kaum komparador yang mempermudah nekolim berkuasa,” demikian Rachma.