Dua Tahun Korban Crane Maut di Mekkah dan Janji Sang Raja

Abdullah, keluarga korban crane maut di Mekkah, 2 tahun lalu (Tika)
Abdullah, keluarga korban crane maut di Mekkah, 2 tahun lalu (Tika)

MALANGVOICE – Dua tahun sudah tragedi crane di Masjidil Haram, Mekkah, yang menewaskan Siti Rukayah (53), warga Desa Banjarsari RT 2 RW 2, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang.

Saat itu Raja Salman dikabarkan pernah berjanji akan memberangkatkan haji dua keluarga korban crane perluasan area masjid itu.

Selain itu, pelaksana proyek juga dikabarkan harus membayar dam atau denda senilai sekitar 1 juta riyal, atau jika dikurskan ke dalam rupiah menjadi sekitar Rp 3,558 miliar.

Namun janji itu tidak kunjung diterima Abdullah (61), suami dari Siti Rukayah.

“Banyak yang tanya apa sudah diberangkatkan (haji), saya jawab belum karena memang belum berangkat,” kata Abdullah sembari tersenyum samar saat ditemui MVoice di SMPN 1 Kepanjen.

Bahkan, lanjut dia, pemerintah Indonesia juga hingga saat ini belum memberikan santunan.

“Saya pulang dari Arab itu juga sendiri tidak ada pendampingan dari pemerintah Indonesia. Ya berangkat haji dua orang, pulang sendiri seperti tidak ada apa-apa,” kata dia sedih.

Guru Agama Islam di SMPN 1 Kepanjen ini menjelaskan, pasca kejadian itu pihak kerajaan Arab juga tidak pernah mengumpulkan para keluarga korban crane. Bahkan, dia tahu dijanjikan naik haji gratis itu dari pemberitaan di media.

“Ya saat tahu ada slot dua kursi untuk naik haji gratis dari Raja Salman, alhamdullilah saja. Saya malah nggak tahu, tahunya dari media. Kalau kerajaan nggak pernah mengumpulkan kami,” kata dia.

Dia menjelaskan, sudah kerap menanyakan ke Kemenag Kabupaten Malang. Baik untuk naik haji yang dijanjikan atau pencairan dam. Namun belum kunjung mendapatkan jawaban yang memuaskan.

“Mereka bilang belum ada kabar dari Arab,” imbuh bapak dua anak ini.

Abdullah bercerita, dia sempat berkomunikasi dengan teman-temannya dari Iran dan Turki, sesama keluarga korban crane naas. Warga dari dua negara itu sudah mendapatkan dana dam dari pelaksana proyek.

“Kan saya sempat komunikasi sama mereka, katanya sudah cair. Tidak tahu kok di Indonesia belum. Saya tidak ingin suudzon. Pulang dari Arab saya bawa pulang surat kematian dari rumah sakit sana. Sudah itu saja,” tandas dia.

Dia menganggap kejadian kelam dua tahun lalu ini sebagai musibah. Korban crane naas dari Kabupaten Malang berjumlah dua orang, satu orang berasal dari Kecamatan Ampelgading.