Catatan HPN (1): Masyarakat Masih Percaya Pers Ketimbang Institusi Lain

MALANGVOICE – Peringatan Hari Pers Nasional (HPN)yang usai sudah. Ada banyak catatan menarik terkait praktika jurnalistik terkini, yang antara lain disorot Ketua Dewan Pers, Prof Bagir Manan, dan disampaikan pada Konvensi Media Massa, HPN 2016 di Hotel Mataram Raya, Mataram, Nusa Tenggara Barat.

Salah satu yang mendapat catatan adalah perkembangan media social (medsos). Menurutnya, perkembangan media sosial sangat berpengarauh terhadap eksistensi dan kiprah media tradisional (cetak, radio dan TV). Ada beberapa faktor yang mempercepat perkembangan media sosial.

“Pertama, perkembangan teknologi komunikasi. Tidak berlebihan bila dikatakan, teknologi komunikasi berkembang sangat cepat. Baik sebagai penemuan baru maupun pengembangan yang sudah ada-dibanding dengan teknologi lain,” tutur Bagir.

Kedua, sambung dia, perubahan masyarakat. Di satu pihak, masyarakat makin sadar informasi (senantiasa butuh informasi) dengan cepat dan mutakhir, baik untuk sekedar mengetahui maupun sebagai bagian dari aktifitas, seperti aktifitas politik, ekonomi dan lain-lain.

“Di pihak lain, akibat dinamika kehidupan yang berkembang dengan cepat, dan keterbatasan waktu, masyarakat makin tergantung pada media yang dapat menyampaikan informasi dengan cepat,” tegasnya.

Ketiga, persayaratan normatif, persyaratan manajemen dan fasilitas yang diperlukan untuk menyelenggarakan media sosial sangat mudah dan sederhana dibanding penyelenggaraan media tradisional (cetak, radio, TV).

Keempat, kesadaran masyarakat untuk membela hak terhadap pemberitaan siaran media. Setiap tahun, tak kurang dari 750 sampai 1000 keluhan disampaikan masyarakat kepada Dewan Pers, karena berpendapat suatu berita siaran merugikan atau tidak mengandung kebenaran.

Keluhan-keluhan yang disampaikan, selain untuk membela hak, juga menunjukkan kesadaran masyarakat dalam membedakan antara siaran jurnalistik dan non jurnalistik. Selain itu, disadari atau tidak, mereka menyampaikan keluhan ke Dewan Pers, dan itu sebagai merupakan bentuk melindungi kemerdekaan pers.

Kepercayaan Terhadap Pers

Lalu bagaimana kondisi kepercayaan masyarakat terhadap pers? Berbagai polling atau survei yang pernah dilakukan, menunjukkan, kepercayaan publik kepada pers masih lebih tinggi dibanding instansi-instansi publik lainnya.

Suatu ironi, ada lembaga publik yang diisi melalui partisipasi langsung rakyat, tetapi mendapat kepercayaan publik yang sangat rendah. Ada beberapa faktor kepercayaan publik yang tinggi terhadap pers.

Di antaranya, pers menjadi pilihan terbaik dengan segala kekurangannya, dibanding performance lembaga publik lain, baik dalam lingkungan lembaga publik kemasyarakatan, seperti partai politik maupun lembaga publik dalam susunan kenegaraan, seperti badan perwakilan rakyat dan lembaga-lembaga penegak hukum.

“Struktur dan substansi pers yang makin beraneka ragam yang mendekati kepentingan berbagai segmen publik yang mempunyai minat dan kepentingan yang berbeda-beda,” tambahnya.

Pers juga dipandang sebagai yang paling mampu menterjemahkan persoalan publik yang tersimpan di lubuk hati mereka yang dalam (keeping silent in the deep heart).

“Sebenarnya tidak sulit membaca perasaan publik, seperti makin rendahnya prosentase publik dalam mengisi jabatan yang harus mereka pilih. Ternyata cara-cara ‘membeli suara’ bukanlah cara yang efektif untuk mendapatkan dukungan publik,” jelas Prof Bagir Manan.