Bakri, 40 Tahun Tetap Semangat Berjualan Arum Manis…

MALANGVOICE – Udara Malang pagi ini terasa dingin. Namun, langkah pria berkemeja kotak-kotak dan berkacamata ini terlihat selalu mantap, sembari membawa box kotak berisi 3 kg arum manis.

Bakri dan pembeliDialah Bakri, yang kesehariannya berjualan ‘arbanat’ alias arum manis, berkeliling di perumahan belakang kampus Universitas Muhammadiyah Malang, dan selanjutnya mangkal di sekitar trotoar parkiran belakang masjid UMM.

Pria asli Lamongan ini berjualan Arum Manis sejak 1972 silam. “Saya dulu bertani di Lamongan bersama istri. Tahun 1972 diajak teman-teman ke Malang, ya ini mbak berjualan arum manis,” kata Bakri kepada Mvoice.

Di Malang, Bakri tidak punya rumah sendiri. Ia tinggal satu atap bersama lima teman seperantauannya di Mergosono.

“Saya tinggal bersama 5 teman saya. Mereka semua profesinya sama, berjualan arum manis,” tambahnya, sembari sibuk melayani pembeli yang kebanyakan mahasiswa UMM yang kebetulan lewat.

Cara pembuatan dan bahan arum manis buatan Bakri berbeda dengan arum manis kebanyakan. Arum manis lain hanya berbahan gula saja, lalu diputar.

“Kalau ini gula 3 kg saya rebus di wajan yang besar. Lalu saya gelali dan tarik sama tepung terigu dan minyak goreng. Prosesnya 1 jam. Saya buatnya jam 6 pagi tadi. Kalau dibuka bungkusnya, tidak kempes kena angin. Ya tetap bentuknya begitu,” jelas pria kelahiran 1952 ini.

Satu bungkus kecil arum manis ia jual Rp 2500. Seharian ia bisa menjual habis 1 box penuh arum manis.

Arum manis dibungkus kecil
Demikian, Bakri mampu menyekolahkan 8 anaknya hingga SMA. 6 anaknya telah berkeluarga dan 2 masih sekolah.

Ia sangat bersyukur atas rejeki yang ia dapatkan. Ia mengaku, sejak awal memang sudah sangat mantap berjualan arum manis. Bakri tidak pernah berpikir untuk bekerja yang lain.

“Apapun yang kita tekuni dan yakini, Allah pasti meridhoi mbak. Rejeki sudah ada yang ngatur,” tuturnya tersenyum.