Bahan Bakar Alternatif dari Es Batu, Seperti Apa Ya?

Lukman menunjukkan simulasi molekuler dari es batu yang bisa menyimpan hidrogen. (Anja Arowana)

MALANGVOICE – Zat hidrogen (H) adalah sumber energi terbarukan yang biasa dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya industri otomotif. Penyimpanan hidrogen biasanya dimasukkan dalam tangki khusus dengan cara kompresi. Sayangnya cara seperti ini cenderung mahal dan tidak efesien. Dalam 1 liter tangki, hanya bisa menyimpan 15 gram/liter saja.

Seorang dosen kimia molekuler Universitas Brawijaya (UB) Malang, Lukman Hakim, melakukan penelitian sejak 2009 untuk menemukan cara penyimpanan zat hidrogan yang ramah lingkungan, aman, dan ekonomis.

“Selama ini penyimpanannya konvensional di dalam tabung. Masalahnya dalam ukuran tabung yang besar, hidrogen yang tersimpan hanya sedikit. Dalam industri otomotif, mobil yang menggunakan tenaga hidrogen akan memiliki tangki penyimpanan yang besar. Tentu saja ini memakan ruangan,” katanya saat ditemui MVoice di kantornya, Selasa (12/9)

Lukman menemukan, ternyata zat hidrogen bisa di simpan dalam es batu. Dalam 1 liter es batu bisa menyimpan 110 mg hidrogen. Menurutnya, pada tingkat molekul, es batu, memiliki rongga/ruang kosong. Ruang itu lah yang selama ini menyebabkan es batu selalu mengapung jika dimasukkan dalam air. Caranya adalah dengan mengompresi es dan hidrogen dalam alat khusus bersamaan, lalu suhu diturunkan. Dengan kata lain, es batu ini menjadi bahan bakar yang bisa digunakan untuk menggerakkan mesin, otomotif dan sebagainya.

Percobaan Lukman belum dilakukan secara fisik, melainkan dalam tingkat komputerisasi molekuler. Percobaan dalam tingkat lab tentu membutuhkan biaya yang sangat mahal dan perlu memperhatikan faktor keamanan. Proses kompresinya saja harus menggunakan alat yang dilapisi dengan berlian.

“Karena untuk memberi tekanan yang kuat, kita memerlukan alat dengan permukaan yang kuat juga. Kalau pakai besi, tentu besinya yang penyok,” kata pria yang menerima gelar doktor di Okayama University, Jepang ini.

Tentu, jika penelitian Lukman bisa diwujudkan, bukan tidak mungkin pemanasan global bisa dikurangi. Hasil pembakaran energi yang berasal dari hidrogen adalah uap air.

“Kalau pakai bahan bakar energi dari fossil seperti bensin, emisinya adalah gas CO. Ini tidak ramah lingkungan,” katanya.(Der/Yei)