Apa Jadinya Bila Mahasiswa Asing Belajar Batik dan Tari Tradisional

Mahasiswa asing perempuan belajar tari yang lebih kalem. (istimewa)

MALANGVOICE – Salah satu kegiatan di hari keempat Universitas Negeri Malang (UM) iCamp 2017 adalah menyelesaikan batik dalam proses ngelorot batik dan membuat batik jumput.

Dalam proses ngelorot batik peserta dibantu Ike Ratnawati. Peserta bergantian untuk mencuci dan merebus batik yang sudah dilukis. Setelah semua proses selesai, peserta memamerkan hasil batik buatannya kepada sesama peserta.

Muy Thoerun, peserta berasal dari Kamboja mengungkapkan kepuasannya dengan batik buatannya karena berhasil menggambar objek dengan warna yang diinginkannya.

“Saya berhasil membuat batik dalam bahasa Khmer,” kata dia senang.

Selain batik tulis, peserta juga diajari membuat batik jumput. Dalam pembuatannya, peserta tidak harus menggambar pola seperti halnya batik tulis. Peserta cukup memberikan tanda pada kain dengan cara mengikatnya, kemudian memasukkan ke dalam air yang sudah dicampur dengan pewarna. Untuk mendapatkan motif yang lain peserta juga dapat mamasukkan kelereng dalam ikatan tersebut.

Setelah beberapa menit kemudian, kain dapat dicuci dan dikeringkan. Selesai proses membuat batik ini, para peserta berfoto bersama dengan memamerkan hasil karya.

Kegiatan selanjutnya adalah mengikuti workshop tari. Kegiatan dilakukan di campsite, Kampung Wisata Tani, Kelurahan Temas, Kota Wisata Batu.

Workshop ini dibimbing Tri Wahyuningtyas, beserta mahasiswa jurusan Pendidikan Seni Tari dan Musik (PSTM) Universitas Negeri Malang (UM).

Peserta dibagi menjadi 5 kelompok yakni; kelompok tarian Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali, dan Papua.Walaupun tarian ini asing bagi peserta, tetapi tidak menyurutkan semangat mereka untuk belajar tarian khas Indonesia. Mereka berusaha untuk mengikuti setiap gerakan yang diajarkan oleh instruktur.

“Saya suka menarikan tarian Papua, karena gerakannya cepat dan lincah. Di negara saya, Filipina, tariannya slow motion,” ungkap Kurt mahasiswa dari Filipina.

Begitu juga Moet, peserta dari Kamboja ini mengungkapkan kesukaannya dengan tarian dari Kalimantan karena gerakannya yang cepat dan juga lincah.

Dengan workshop tari ini diharapkan para peserta semakin tertarik untuk mempelajari budaya-budaya Indonesia, dan mempromosikannya di negara asalnya.


Reporter:Anja Arowana
Editor: Deny Rahmawan
Publisher: Yunus Zakaria