Alan, Tekuni Dunia Latte Art Karena Cinta Kopi

Alan membuat latte art (istimewa)
Alan membuat latte art (istimewa)

Alan membuat latte art (istimewa)MALANGVOICE – Selain mesin espresso dan kopi, barista adalah ‘jiwa’ dari sebuah kedai kopi atau coffee shop. Mereka adalah faktor penting yang menjadi ‘wajah’ bagi sebuah kedai kopi. Mereka adalah orang-orang keren di balik mesin espresso, yang membuat para kostumernya bahagia bahkan sebelum cangkir kopi mendarat di bibir.

Ialah Maulana Fazri, mahasiswa Jurusan Informatika Universitas Muhammadiyah yang sudah setahun ini menekuni profesi Barista di DW Coffee. Sebagai barista, Alan, akrab ia disapa, sangat tertarik tak hanya dengan kopi, namun juga latte art, yaitu seni menggambar di kopi.

“Saya tahu latte art dari setahun lalu. Akhirnya saya sering buka youtube untuk mencari referensi dan mulai belajar dari situ. Ternyata latte art itu asyik. Nah, saya juga prefer kerja di coffee shop,” kata Alan kepada MVoice.

Alan membuat latte art (istimewa)Dalam perjalanannya menguasai latte art, ia menemukan banyak rintangan mengingat latte art itu sendiri memiliki pattern yang lumayan rumit jika barista itu kurang latihan dan tidak memahami karakter kopi. Ia harus memahami 3 pattern dasar latte art yaitu rosetta, heart, dan tulip.

“Kalau paham 3 pattern itu, kita bisa improvisasi ke pattern-pattern lain. Pattern-pattern yang aneh pun asalnya ya dari 3 pattern ini,” kata dia.

Ia mengakui, meski sudah sering berlatih mencontoh proses dari referensi di Youtube, kegagalan masih sering terjadi.

“Di Youtube kelihatan mudah, ternyata waktu dicoba ya susah. Supaya pintar membuat latte art itu harus belajar terus menerus. Tahu sendiri karena gambarnya di kopi, kalau salah sekali ya tidak bisa dihapus alias one shoot one pour. Tapi, untungnya bisa di improvisasi,” kata pria yang mengidolakan Ben Morrow, Latte Artist asal Australia ini.

Alan juga berterima kasih pada orangtua yang selalu mendukungnya, begitupula dengan teman-teman kerjanya di DW Coffee Shop.

“Selain cari pengalaman, hasil kerja saya bisa untuk biaya kuliah. Owner dari DW shop juga selalu support dan dukung saya mengikuti lomba-lomba latte art. Untuk nambah pengalaman dan jam terbang juga,” kata pria yang juga akrab disapa Keceng ini.

Beberapa perlombaan latte art sudah ia ikuti. Meski belum bisa memenangkan lomba, Alan mengaku banyak belajar dari para latte artist lain.

“Belum pernah menang mbak, tapi disitu akhirnya bisa ketemu dengan barista lain dari banyak kota,” katanya.

Kedepan, ia berharap bisa membuka usaha kedai kopi sendiri. Namun ia yakin untuk mencapai itu, ia harus banyak paham soal kopi, manajemen dan pengelolaan pasar yang baik.

“Kepikiran buat kafe, tapi saya masih harus banyak belajar produk kopi yang bagus itu gimana, manajemennya dan target pasarnya juga,” tutupnya.

Alan membuat latte art (istimewa)