80 Persen Anggota Pertuni dan Pamitra Malang Tukang Pijat

Supriyadi (kanan) dan Wuryoni (kiri)

MALANGVOICE – Pertuni (Persatuan Tuna Netra) Kota Malang sudah berdiri sejak 1987 silam, dengan spirit mempererat tali silahturahim antar sesama tuna netra di Malang dan sekitarnya.

Saat ini tercatat ada 80 anggota, dan 90% di antaranya berprofesi sebagai tukang pijat.

Menurut Supriyadi, Ketua Pertuni yang sudah bergabung sejak 1994, kegiatan dan aktivitas di Pertuni masih minim.

“Setiap Selasa kedua, tiap bulan sekali, kami mengadakan pertemuan rutin. Ada juga pengajian yasin diadakan tiap Kamis Kliwon,” kata pria 50 tahun ini kepada Mvoice.

Dikatakan, anggota yang fokus dan serius mencari penghasilan dari memijat juga bergabung di Pamitra (Paguyuban Pemijat Tuna Netra).

“Selebihnya organisasinya sama, tapi program kerja Pamitra berbeda. Pamitra lebih ke peningkatakan profesi,” imbuh Supriyadi.

Tercatat, 90% dari 80 anggota Pertuni berprofesi sebagai tukang pijat. Sesekali, mereka mendapat bantuan oleh pemkot berupa pelatihan pijat dan pembiayaan.

“Pada 2014 lalu pelatihan pijat dari Dinsos Kota Malang. Ternyata, banyak metode pijet yang baru dan perlu dipelajari lebih lanjut,” katanya.

Saat ini Pertuni dan Pamitra sering terkendala biaya. Pengurus ingin sekali mengadakan pelatihan lagi, tapi tidak terdukung dengan peralatan yang lengkap.

“Secara teori kita tidak kalah dengan pemijat profesional. Tapi untuk segi alat, memang kita tidak lengkap. Sekarang khan banyak metode pemijatan yang modern dan butuh alat khusus. Kami harap pemerintah juga lebih memperhatikan,” tambah Wuryoni, Depercab Pamitra Malang.